Tegaklah berdirilah
jiwa senyap yang berfikir
ini masa dan ketikanya
ini pentas kita
ini permulaan yang kita warisi
kisah untuk anak cucu
mereka datang bagai angin menderu
bertalu-talu, pantas dan terus-terusan
rawak di segenap sudut
meruap tanpa tersekat
mereka datang mencari madu
mereka takluk hutan dan bandar
bergerombolan berbondongan
penuh haloba kuasa
tetapkan hati bulat nekad
ketirisan perlu kita kandungkan
yang seleweng kita kembalikan
melintang kita patah
lihat apa diajar yang sana
untuk kita yang disini
tanam dan simpan dalam benak
apa sangat juang kita
malu kita dengan yang sana
terpenjara dalam kebebasan
dihalau tanam tanah sendiri
dikhianat saudara sendiri
dibiar bersendiri
dianiaya dirosak difitnah dipijak
diperkosa ditindas diratah ditijak
sosok tubuh yang merana
bukan yakinnya, bukan semangatnya
bukan ruhnya, bukan rohnya
diruntun tembok itu
pacaknya berdiri kukuh
tidak terlawan dek batu
tidak tertangkis dek sepanduk
cukup-cukuplah bersedih, merintih meratap
terlalu lama kita bersabar
akur, malah tunduk
seolah redha
atau masih ada ruang bergelar pejuang?
masih diberi kesempatan untuk terkorban
masih mentah manusia untuk belajar
singkat masa terasa lama
bangkit bangun dan mara
dari segenap pelusuk
kita yang tak pernah kenal
bersatu
demi dan atas satu nama
damailah tenanglah
wajah senyum yang menang
kalaupun tidak sampai hayat melihat
senyum kamu dalam tidur
No shame
11 years ago
what a poem! too bad i only read sign language
ReplyDeletethanks...n yeah too bad for u
ReplyDelete